Rene Descartes merupakan salah seorang filusuf dan ilmuwan terkemuka yang berasal dari Perancis. Rene descartes adalah seoarng tokoh dan pemikir dunia yang telah memberikan kontribusi dalam dunia ilmu pengetahuan. Rene Descartes dilahirkan di La Hayee, Touraine, pada 31 Maret 1596. Descartes mulai mengenal filsafat, logika, fisika, etika, dan matematika di La fleche ketika berumur 9 tahun. Setelah meninggalkan La Flèche, Descartes melanjutkan pendidikannya ke sekolah hukum di Poitiers sampai tahun 1616. Kemudian Descartes melanjutkan perjalanan hidupnya dengan mengelilingi benua Eropa dan mencari kebenaran yang ingin ia ungkapkan. Hal itu didukung karena Descartes sendiri berasal dari keluarga yang berkecukupan. Selanjutnya tahun 1616 hingga 1628, Descartes terus berupaya mencari ketenangan hidup dari satu negera ke negera lain seperti .Belanda, Bavaria, Honggaria dan bahkan ia sempat mengunjungi Italia, Polandia, Denmark dan negara-negara lainnya yang ada di Benua Eropa. Selama perjalanannya selama beberapa tahun, Descartes kemudian mengumpulkan informasi untuk menemukan kebenaran yang selama ini ia cari. Dan pada akhirnya Descartes memutuskan menggunakan metodenya dalam suatu percobaan membangun gambaran dunia yang sesungguhnya. Dia kemudian menetap di negeri kincir angin, Belanda dan tinggal di sana selama tidak kurang dari dua puluh satu tahun yang mana descartes menganggap bahwa Belanda adalah negeri menyediakan kebebasan intelektual yang lebih besar ketimbang negara lain. Sekitar tahun 1629 descartes sempat menulis sebuah karya “Rules for the Direction of the Mind” buku yang memberikan garis-garis besar metodenya. Namun karena belum lengkap descartes tidak menerbitkannya. Disinilah Descartes selama rentang waktu yang dilewatinya, Descartes menulis banyak karya ilmiah. Pada Oktober 1649 pula ia pindah ke Stochkholm, Swedia. Hingga pada akhirnya descartes wafat karena penyakit pneumonia yang dideritanya pada tahun 1650.
Konsep dan Kerangka pemikiran Rene Descartes
Kehadiran Rene Descartes menandai lahirnya pemikiran filsafat pada abad modern dalam periodesasi perkembangan filsafat. Tidak bisa dipungkiri semangat Renaissance, kebangkitan rasionalisme yunani tidak bisa dilepaskan dari sosok Rene Descartes yang telah berperan penting dalam kemajuan pemikiran manusia pada saat itu hingga sosok Descartes diberi julukan sebagai “ Bapak Modernisme” . Karena kecermelangan pemikirannya, zaman modern menemukan orientasi proyeksinya. Rasionalisme Descartes sedikit banyak telah membantu meretas kehadiran aliran-aliran khas modernisme, seperti individualisme, subyektifisme, materialisme, saintisme, dan positivisme. Pada dasarnya Descartes ingin menumbuhkan keyakinan yang kuat pada dirinya tentang kepastian pengetahuan ilmiah, dan tugas dalam kehidupannya adalah membedakan kebenaran dan kesalahan dalam semua bidang pelajaran. Karena menurutnya semua ilmu merupakan pengetahuan yang pasti dan jelas.
Secara umum, rasionalisme Descartes merupakan pendekatan filosofis yang mengedepankan akal atau rasio sebagai sumber dan pangkal yang subtansial dari pengertian dan pengetahuan. Secara terminologis aliran ini dipandang sebagai aliran yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan. Ia menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas, dan bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi.
Oleh karena itu, akal memegang peranan penting dan pangkal dalam segala bentuk mengerti. Rasionalisme menekankan pada kemampuan akal dan menampikkan kemampuan indera dalam mengungkap kebenaran. Sebab, pengetahuan indera dianggap Descartes tidak cukup. Berangkat dari keragu-raguan, Descartes kemudian ingin mencapai kepastian yang selama ini ia cari. Jika orang ragu-ragu, maka orang kemudian berpikir dan juga tampak dengan segera adanya sebab berpikir itu. Berdasarkan metode keraguan inilah nantinya akan muncul kepastian akan adanya sesuatu yang dipikirkan. Yang kemudian Descartes merumuskannya dalam kalimat dengan istilah dalam bahasa yunani “ cogito ergo sum “, bahasa inggris “ i think that i am for “ yang dalam bahasa indonesia berarti aku berpikir maka aku ada. Hal inilah yang mendasari konsep pemikiran Rene Descartes dalam mengungkap kebenaran yang sesungguhnya. Descartes ingin mencari kebenaran dengan pertama-tama meragukan semua hal. Ia meragukan keberadaan benda-benda di sekelilingnya. Ia bahkan meragukan keberadaan dirinya sendiri.
Dan salah satu titik pangkal pemikiran Descartes tertuang dalam argumentasinya tentang subtansi konsep “Cogito ergo sum” kemudian menjadi simbol dan membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri. Descartes berpikir bahwa dengan cara meragukan semua hal termasuk dirinya sendiri tersebut, dia telah membersihkan dirinya dari segala prasangka yang mungkin menuntunnya ke jalan yang salah. Ia takut bahwa mungkin saja berpikir sebenarnya tidak membawanya menuju kebenaran. Mungkin saja bahwa pikiran manusia pada hakikatnya tidak membawa manusia kepada kebenaran, namun sebaliknya membawanya kepada kesalahan. Artinya, ada semacam kekuatan tertentu yang lebih besar dari dirinya yang mengontrol pikirannya dan selalu mengarahkan pikirannya ke jalan yang salah. Descartes kemudian menyadari bahwa bagaimanapun pikiran mengarahkan dirinya kepada kesalahan, namun ia tetaplah berpikir. Inilah satu-satunya yang jelas. Inilah satu-satunya yang tidak mungkin salah.
Pada dasarnya manusia lahir dalam keadaan misterius. Sangat sulit utnuk mengetahui mengapa, bagaimana, dan untuk apa kelahirannya. Kelahiran manusia bagaikan sebuah buku tanpa pendahuluan mengenai latar belakang keberadaannya atau bagian penutup mengenai keberadaannya. Kita hanya sebatas mengetahui isinya. Artinya ketika manusia hidup dalam sebuah realitas adalah cukup baginya untuk menjadi seorang yang ada. Bahwa ada dengan cara berpikir. Berarti ada hal yang semu ketika kita beraktivitas, menyangkut dari sudut kontinuitas. Apa dan mau kemana. Ketika manusia itu berpikir, sudah dipastikan manusia akan berperilaku. Karena berperilaku, sudah dipastikan pula akan ada hasil, cipta dan karsa. Ide ini dianggap mutlak, karena tidaklah semuanya ketika kita berpikir, kita akan berperilaku dan tidaklah selalu ketika kita berperilaku, selalu ada perubahan. Namun hal yang urgent adalah suatu konsep kontinyuitas yang memiliki peran penting dalam suatu perubahan.
Menurut Descartes bahwa realitas sebenarnya terdiri dari: 1) res cogitans (realitas pemikiran), 2) res extensa (realitas material), dan 3) Tuhan (penjamin pengetahuan). Hal yang terpenting menurut Descartes adalah res cogintans. Karena ide-ide pengetahuan tidak didapat dari luar pemikiran kita, melainkan dari dalam diri kita sendiri. Descatres beranggapan bahwa kemampuan indrawi bisa mengecoh dan tidak dapat dipercaya. Ide-ide pengetahuan sudah ada sejak kita lahir (idea inata). Ide-ide ini muncul kembali secara intuitif dan secara deduktif. Idea-idea ini sebetulnya berasal dari Tuhan secara langsung/ lalu. Kita tahu, manusia adalah makhluk terbatas, dan manusia berupaya mencari tahu mengenai hal-hal yang takterbatas. Karena itu, pengetahuan semacam ini pastilah berasal dari yang takterbatas itu sendiri yakni: Tuhan, kita tahu kita adalah makhluk tak sempurna dan berupaya mengetahui mengenai hal-hal yang sempurna. Karena itu, pengetahuan semacam ini pastilah berasal dari yang sempurna yakni: Tuhan. Akan tetapi, hal ini hanyalah cara kita memahami dengan mempertentangkan yang terbatas dengan yang tak terbatas, yang sempurna dengan yang tidak sempurna. Sebenarnya, realitas diri kita yang sebenarnya kita tidak ketahui dengan baik.
Oleh sebab itu manusia berupaya mengungkap eksistensi mereka dalam dunia yang fana, sadar akan kehidupannya, dan sadar akan tujuan hidupnya. Manusia mulai membangun peradababannya dengan cara berpikir. Karena proses berpikir itulah yang mengantarkan manusia mengetahui esensi dari keberadaannya. Hal inilah yang ingin Descartes jelaskan dalam konsep rasionalisme yang di formulasikan dalam konsep cogito ergo sum. Pemikiran filosofis yang melekat pada sosok Rene Descartes.
Pada akhirnya, Cogito ergo sum, menghasilkan suatu perhatian bagaimana konsep ini bisa dipahami dalam keberlangsungan hidup manusia sebagai mahluk yang berpikir. Secara garis besar Descartes dalam rasionalismenya menggambarkan bagaiman akal pikiran memilki kemampuan yang abstraksi, sehingga akan diperoleh pengetahuan yang sifatnya fundamental mengenai segala yang ada dan alam semesta pada umumnya. Pemahaman terhadap isi realitas yang tidak melibatkan pada kemampuan inderawi yang sifatnya melalui pengamatan, pengalaman, dan ataupenggunaan metode empirik. Jadi secara singkat dapat dikatakan konsep rasionalisme yang kemudian berpuncak pada pernyataan cogito ergo sum memberi pemahaman kepada manusia untuk mengetahui alur dan proses kehidupan yang ada agar eksistensi manusia di akui keberadaannya dengan cara berpikir.
Steel G4t Titanium Flat irons | TITANIA Art | TITANA
BalasHapusSteel G4t Titanium Flat irons is one titanium alloy nier of our classic wooden frames. This sturdy steel ecosport titanium frame is made titanium bikes from titanium alloy with a stainless steel core where can i buy titanium trim and titanium helix earrings Rating: 5 · 5 reviews